Gosip Terkini - Secara genetika, perempuan dinyatakan rendah risiko jantung koroner. Namun, secara faktual, penyakit ini menjadi salah satu penyakit mematikan. Bahkan, data World Heart Federation menjelaskan bahwa penyakit kardiovaskular menjadi penyebab kematian 1 dari 3 perempuan di dunia.
Lebih lengkap lagi, setiap tahunnya 3,3 juta perempuan meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Di Australia, menurut hasil laporan Cardiovascular Risk and Diseases in Australia Women, penyakit jantung menjadi penyebab kematian tertinggi pada perempuan di benua tersebut. Angkanya lebih dari 31.000 kematian setiap tahunnya.
Kontradiktif memang. Dimana, secara genetik, tubuh perempuan rendah risiko penyakit ini, tapi kasus kematian tertinggi gara-gara masalah ini. Kenapa bisa begitu?
Salah satu alasannya adalah lalai. Ya, karena menganggap rendah risiko, banyak perempuan yang akhirnya tidak mementingkan kesehatan tubuhnya, khususnya menghindari faktor risiko penyakit kardiovaskular.
“Seorang ibu tidak boleh lalai dalam menjaga kesehatan tubuhnya. Meski demikian, banyak dari ibu yang memang memprioritaskan keluarganya dibandingkan dirinya sendiri. Jadi, hal ini juga menjadi pertimbangan yang sulit bagi seorang ibu. Yayasan jantung Indonesia mengajak para ibu untuk terutama ibu bekerja untuk terus memerhatikan kesehatan tubuhnya dan mau menjalani gaya hidup sehat agar terhindar dari masalah ini,” ucap Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia Syahlina Zuhal, Jumat (22/12/2017).
Kembali ke masalah kontradiktif antara genetik dengan fakta. Berdasarkan data yang disampaikan Yayasan Jantung Indonesia, sebenarnya risiko perempuan untuk terkena serangan jantung koroner lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Gosip Terkini
Alasannya adalah perempuan memiliki hormone estrogen yang dapat melindungi dari penyakit jantung koroner dan stroke. Namun, yang menjadi masalah, bertambahnya usia, jumlah hormone ini semakin menipis, khususnya saat memasuki masa menopause, dan itu akan berbahaya bagi seorang perempuan.
“Sayangnya, karena rendah risiko, perempuan cenderung mengabaikan kondisi kesehatannya. Apalagi jika dia perempuan bekerja yang waktunya banyak digunakan untuk mengurus keluarga dan pekerjaannya,” jelas Dr. dr. Amiliana Mardiani Soesanto, SpJP, dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI/RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, melalui siaran pers.
Lebih lanjut lagi, menurut beberapa penelitian yang diadakan mengenai perempuan dan risiko penyakit jantung, risiko perempuan untuk terkena penyakit ini semakin meningkat. Jadi, genetika itu tidak bisa menjadi alasan lagi para perempuan untuk tidak menjaga tubuhnya dari faktor penyebab penyakit jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh Women’s Health Study menjelaskan bahwa adanya hubungan antara perempuan yang bekerja di tempat dengan tingkat stress tinggi dengan risiko penyakit jantung. Sementara itu, untuk hasil penelitian dari Ohio State University, perempuan yang menjalani jam kerja lebih dari 40 jam seminggu, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Gosip Terkini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar