KEBIADABAN PKI TERHADAP ULAMA PERISTIWA MADIUN 1948 PART 2 - GOSIP TERKINI

Post Top Ad

Responsive Ads Here
togel online

Selasa, 03 Oktober 2017

KEBIADABAN PKI TERHADAP ULAMA PERISTIWA MADIUN 1948 PART 2


GOSIP TERKINI -  Kesatuan CPM , TNI,Polidi, Aparat Pemerintah Sipil, sangat terkejut ketika di serang mendadak olej FDR, dan terjaid perlawanan di markas TNI , kantor CPM , kantor polisi , pasukan Pesindo bergerak cepat  menguasai tempat-tempat strategis di Madiun, saat fajar terbit , Madiun sudah jatuh ke tangan FDR/PKI , sekitar 35 orang di tahan.

Sama dengan penyerangan mendadak di Madiun, setelah mengusai Kota Magetan dan menawan bupati,patih, sekretaris kabupaten , jaksa, ketua pengadilan kapolres, komandan kodim, dan aparat kabupaten mangetan , lebih kejamnya mereka juga membunuh tokoh-tokoh Masyumi dan PNi di kampung-kampung dan perdesaan.

Gadis Rasid, seorang pejuang yang juga wartawan  pada tahun 194-an menulis reportase tentang kebiadaan FDR/PKI tersebut, gadis menyaksikan pembantain massal di Gorang-gareng, Magetan, pembunuhan, perampokan dan penangkapan yang di lakukan  FDR itu di beritakan surat kabar  merdeka 1 November 1948.

Meski tidak sama dengan aksi serangan di Madiun dan Magetan yang sukses mengambil alih pemerintahan, serangan mendadak yang sama pada pagi hari tanggal 18 September 1948 itu dilakukan oleh pasukan FDR/PKI di Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, Ngawi, Purwodadi, Kudus, Pati, Blora, Rembang, Cepu. 

Sama dengan di Madiun dan Magetan, aksi serangan FDR/PKI selalu meninggalkan jejak pembantaian massal terhadap musuh-musuh mereka. Antropolog Amerika, Robert Jay, yang ke Jawa Tengah pada tahun 1953 mencatat bagaimana PKI melenyapkan tidak hanya pejabat pemerintah, tapi juga penduduk, terutama ulama-ulama ortodoks, santri dan mereka yang dikenal karena kesalehannya kepada Islam: mereka itu ditembak, dibakar sampai mati, atau dicincang-cincang. 

Masjid dan madrasah dibakar, bahkan ulama dan santri-santrinya dikunci di dalam madrasah, lalu madrasahnya dibakar. Tentu mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena ulama itu orang-orang tua yang sudah ubanan, orang-orang dan anak-anak laki-laki yang baik yang tidak melawan. Setelah itu, rumah-rumah pemeluk Islam dirampok dan dirusak.

Tindakan kejam FDR/PKI selama menjalankan aksi kudeta itu menyulut amarah Presiden Soekarno yang mengecam tindakan tersebut dalam pidato yang berisi seruan bagi rakyat Indonesia untuk menentukan nasib sendiri dengan memilih: “Ikut Muso dengan PKI-nya yang akan membawa bangkrutnya cita-cita Indonesia merdeka-atau ikut Soekarno-Hatta, yang Insya Allah dengan bantuan Tuhan akan memimpin Negara Republik Indonesia ke Indonesia yang merdeka, tidak dijajah oleh negara apa pun juga. 

Presiden Soekarno menyeru agar rakyat membantu alat pemerintah untuk memberantas semua pemberontakan dan mengembalikan pemerintahan yang sah di daerah. Madiun harus lekas di tangan kita kembali”. 
 




Sejarah mencatat, bahwa antara tanggal 18-21 September 1948 gerakan makar FDR/PKI yang dilakukan dengan sangat cepat itu tidak bisa dimaknai lain kecuali sebagai pemberontakan. Sebab dalam tempo hanya tiga hari, FDR/PKI telah membunuh pejabat-pejabat negara baik sipil maupun militer, tokoh masyarakat, tokoh politik, tokoh pendidikan, bahkan tokoh agama. 

Setelah gerakan makar FDR/PKI berhasil ditumpas TNI dibantu masyarakat, awal Januari tahun 1950 sumur-sumur ‘neraka’ yang digunakan FDR/PKI mengubur korban-korban kekejaman mereka dibongkar oleh pemerintah. Puluhan ribu masyarakat dari Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek datang menyaksikan pembongkaran sumur-sumur ‘neraka’. 

Mereka bukan sekadar melihat peristiwa itu, namun sebagian di antara mereka ingin mencari anggota keluarganya yang diculik PKI. Diantara sumur-sumur ‘neraka’ yang dibongkar itu, informasinya diketahui justru berdasar pengakuan orang-orang PKI sendiri. 
di kutip langsung dari badoo media.


Baca Juga : Kebiadaban PKI Terhadap Ulama Peristiwa Madiun 1948 PART 3





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here